Jumat, 25 November 2011

siswa stres, prestasi meningkat

pada dasarnya pemberian stres memang dapat meningkatkan pencapaian kinerja seseorang.
contohnya dengan adanya deadline tugas, batas tuntas nilai ujian, dsb
membuat kita terdorong untuk melakukan pekerjaan lebih baik dan lebih cepat.

hal ini yang mungkin menjadi dasar sistem pendidikan kita
untuk menerapkan berbagai standar guna meningkatkan prestasi siswa.

yang menjadi pertanyaan sekarang adalah,
apakah stres yang diberikan kepada siswa tepat guna dan tepat sasaran?
atau hanya sebatas solusi instan untuk meningkatkan angka prestasi akademik?


ketika tujuan pendidikan adalah meningkatkan angka-angka prestasi akademik,
maka cara-cara yang ditempuh sekarang sudah benar.
semakin stres semakin baik nilainya.

tapi ketika tujuan pendidikan,
seperti yang tercantum dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
dengan visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

maka bisa dikatakan ada yang kurang dalam sistem pendidikan kita.

pencapaian akademis hanya sebagian kecil dari tujuan dan visi pendidikan nasional kita.
tapi hal itu yang selama ini digembar-gemborkan dan diupayakan peningkatannya.
hasilnya?
akademis memang meningkat. tapi lihat sisi watak dan kepribadiannya.
stres yang berlebihan untuk menggenjot kemampuan akademis
menyebabkan siswa tak lagi punya kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan non-akademisnya seperti soft skill dan kepribadian.
akibatnya,
kejujuran jadi barang haram dalam pendidikan, yang jujur malah ancur.
perilaku menyimpang para pelajar tidak jarang kita temui sehari-hari.


LALU APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

langkah diknas untuk menyerahkan 40% nilai siswa kepada sekolah cukup menjanjikan.
hal ini mengisyaratkan diknas ada iktikad baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita.

saya yakin, ketika diknas berani menyerahkan 100% nilai siswa kepada sekolah,
akan terjadi sebuah revolusi pendidikan yang sangat membangun.
ketika 100% nilai ada di tangan guru, maka guru akan lebih leluasa menunaikan cita-citanya
saat dahulu menentukan untuk berkarir menjadi guru.
saya yakin tidak ada guru yang bercita-cita menjadi guru dengan tujuan agar semua siswa lulus ujian nasional.
biasanya cita-cita menjadi guru karena ingin:
menjadikan siswanya pandai dan berguna bagi bangsa,
berkepribadian baik dan sopan,
cerdas dan bertakwa,
dan sebagainya yang biasanya jauh dari kata nilai akademis.

ketika 100% nilai ada di tangan guru,
siswa menjadi tidak khawatir lagi dengan pencapaian nilai tes.
Tes yang akan diberikan pasti sudah pernah dipelajari
karena pembuat tes adalah gurunya sendiri.
hal ini dapat memberikan ruang dan waktu bagi siswa
untuk mengembangkan kemampuan dirinya selain kemampuan akademis.

prestasi akademis yang selalu dilihat dari perbandingan antar individu
seringkali menyebabkan penilaian yang tidak objektif.
setiap siswa memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri dengan standar yang berbeda-beda
sehingga sebenarnya mereka tidak bisa diujikan dengan tes yang sama.

maka, sepertinya perlu kita rancang ulang pengertian kita terhadap kata prestasi.


menurut anda apakah ketika kita dahulu sebelum bisa jalan,
kemudian kita mampu berjalan bukanlah sebuah prestasi?
dulu ketika belum bisa mengucapkan kata dengan baik,
kemudian berhasil mengucapkan "mama" dengan baik, bukankah itu prestasi?

jika iya, lalu mengapa semakin tua semakin sulit untuk melihat bahwa
pencapaian kita secara pribadi juga merupakan sebuah prestasi?

padahal jika kita bisa selalu menyadari pencapaian prestasi pribadi,
maka kita akan semakin menghormati kemampuan diri sendiri.
semakin memahami kemampuan diri sendiri,
senang belajar setiap hari untuk menambah wawasan dan kualitas diri.
semua itu menjadi berharga karena kita menyadari bahwa
diri kita juga mampu berprestasi bahkan setiap hari.
setiap peningkatan kualitas diri adalah sebuah prestasi.

jika semua siswa dapat memahami itu,
saya yakin tidak akan ada siswa yang depresi karena nilainya selalu menjadi yang terbawah di kelas.
bunuh diri karena tidak lulus ujian.
atau menjadi penjahat karena hanya di sanalah dia bisa merasa menjadi yang paling ber"prestasi".


peran orang tua, guru, dan teman-teman menjadi sangat penting
karena dengan penghargaan dari mereka,
setiap siswa mampu lebih menghargai setiap usaha yang dia lakukan untuk pencapaian pribadinya sendiri.

beri pujian kepada siswa ketika dia berhasil menyelesaikan ujian dengan nilai lebih baik dari sebelumnya,
meski pada saat yang sama teman-temannya mendapat nilai lebih baik dari dirinya.

bukankah sebetulnya itu fungsi nilai?
yaitu sebagai alat monitoring perkembangan prestasi masing-masing pribadi siswa secara periodik.
bukan sebagai alat perbandingan kemampuan antar siswa?

semakin menghargai upaya diri untuk meningkatkan kualitas diri,
semakin menyadari prestasi pribadi yang diraihnya tiap hari
akan menjadikan dirinya kecanduan untuk terus belajar
untuk meraih prestasi-prestasi berikutnya di setiap hari.

jika setiap hari semua siswa sibuk belajar meningkatkan kualitas diri,
untuk sesering mungkin mencapai prestasi pribadinya masing-masing,
saya yakin tujuan dan visi pendidikan nasional akan tercapai.
yaitu meningkatkan kemampuan dan watak bangsa, serta memberdayakan seluruh warga demi kemajuan bangsa.

bangsa Indonesia terdiri dari pribadi-pribadi Indonesia.
jika tiap pribadi Indonesia sibuk belajar dan mengejar prestasi pribadi masing-masing,
artinya bangsa juga sibuk belajar dan mengejar prestasinya sebagai bangsa Indonesia.

mari raih terus prestasi diri setiap hari.
_semoga bermanfaat.

Kamis, 10 November 2011

Pahlawan Pembangunan Yang Baru Sadar


wahai negeriku,
masihkah kau ingat masa-masa ketika kau baru akan lahir?

kau dikelilingi oleh berjuta orang telanjang kaki, berbalut kain seadanya,
berdiri tegak menjagamu tak bergeming hingga kau benar-benar lahir.

kau dilayani oleh jutaan orang yang tak tahu apa itu uang.
yang mereka tahu, hanya satu.

KEMERDEKAAN

kini kau telah merdeka.
kau juga telah ditinggal ribuan pasukan loyalis masa lalu.
hanya tinggal segelintir veteran yang menemanimu kini
sambil tersenyum getir melihat nasibmu ini.

kau tak punya lagi mereka yang mau berjalan jauh telanjang kaki,
siang malam bahkan sambil menandu sang jendral.

kini kau hanya punya pasukan bayaran yang hanya mau berjalan
jika dipinjami kendaraan dinas yang bebas dipakai untuk keperluan pribadi.

kau tak punya lagi mereka yang mau berdiri tegak dengan pakaian seadanya menjaga setiap sisimu,
tanpa dibayar dengan uang.
kini kau hanya punya pasukan bayaran yang mau menjaga setiap sisimu,
jika dengannya dia bisa hidup kenyang dan tidur nyenyak.

kau tak punya lagi mereka yang mau berkorban jiwa raga harta benda,
tanpa harus diumumkan namanya, tanpa tujuan lain selain merdeka.
kini kau hanya punya pasukan bayaran yang mau menyumbang ke dompetmu,
jika namanya jadi tenar, jika dengannya dia berhak ikut campur mengatur kebijikan negara.

tak ada lagi pahlawan tanpa tanda jasa,
yang ada pahlawan dengan tanda jasa yang diperhalus namanya
jadi remunerasi, sertifikasi, atau apapun namanya.

kini kau sudah tak punya mereka.
mereka pahlawan kemerdekaan.

kini kau hanya punya pahlawan pembangunan.
pahlawan yang matanya bukan berbinar jika melihat bendera berkibar,
tapi berbinar jika melihat uang berkibar.

wajarlah,
karena perjuangan kemerdekaan tujuannya adalah merdeka.
sedangkan pembangunan tujuannya adalah makmur.

tujuan yang berbeda dari generasi yang berbeda.



sebetulnya kau punya banyak pahlawan pembangunan.
termasuk kami.
namun sayang, kebanyakan dari kami masih keliru dalam mengambil langkah menuju kemakmuran.

jika dahulu pahlawan kemerdekaan menginginkan merdeka,
mereka berjuang meraih kemerdekaan dengan cara
melepaskan egoisme ingin merdeka secara pribadi,

bergabung jadi satu kekuatan untuk memerdekakan bangsa.

jika bangsa mereka merdeka, artinya semua akan merasakan kemerdekaan.

seandainya kami hidup di jaman penjajahan,
dengan pemahaman kami sebagai pahlawan pembangunan jaman sekarang,
langkah yang kami ambil adalah
kami akan memerdekakan diri sendiri daripada memerdekakan bangsa.

terlalu idealis untuk berjuang memerdekakan bangsa.

bangsa indonesia terlalu besar, terlalu banyak suku.
sulit untuk dipersatukan.

yang realistis saja,
lebih baik kami pergi ke luar negeri atau menjadi kroni bangsa penjajah,
lalu pindah ke negara lain untuk bisa hidup merdeka.


se-realistis-nya kami di jaman pembangunan,
memilih hidup makmur di negeri orang
daripada kami hidup sengsara di negeri sendiri.


terlalu idealis untuk mengorbankan jiwa raga harta benda
untuk meraih kemerdekaan yang belum pasti akan terwujud.
realistis saja,
lebih baik kami menjadi cukong bangsa penjajah,
jadi mandor yang mengkerjapaksakan warga pribumi
yang sudah pasti makmurnya, kenyangnya, kayanya.


se-realistis-nya kami mengimpor dan mengonsumsi
barang-barang jadi dan bahan makanan dari luar negeri
yang lebih nyata murahnya, lebih nyata untungnya.
se-relistis-nya kami menggunakan subsidi bbm yang lebih nyata murahnya.


kami lebih pintar dari mereka pahlawan kemerdekaan.
kami sudah sekolah yang lebih tinggi dari mereka.
jadi kami lebih mampu berpikir realistis daripada berpikir idealis yang tak masuk akal itu.

kami lebih tahu mana saja hak kami,
tidak seperti mereka pahlawan kemerdekaan yang hanya tahu satu hak. hak merdeka.


hai negeriku,
kau sudah tak punya pahlawan kemerdekaan.
kau kini hanya punya kami, pahlawan pembangunan.

pahlawan serba realistis yang menilai segalanya dari yang real.
pahlawan pintar yang pendidikannya tinggi, omongannya tinggi, tarifnya tinggi, gaya hidupnya tinggi.

mungkin kau tak suka memiliki kami,
tapi inilah kami,
pahlawan pembangunan yang baru sadar.

bahwa
realistis dan kepintaran kami
tak sehebat dan senyata
hasil dari idealisme dan "kebodohan" kalian
wahai para pahlawan kemerdekaan.

Minggu, 18 September 2011

tanah air hanya menjadi tempat lahir dan mati



pada dasarnya semua orang berhak menentukan pilihan hidup masing-masing.
mau berpendidikan tinggi atau rendah, itu terserah.
mau menjadi kaya atau miskin juga silahkan.
apalagi negara kita negara demokrasi, negara bebas.
beda dengan negara komunis yang segala macam hak rakyat
diatur sama rata oleh negara.

bagi mereka yang berpendidikan tinggi,
yang sudah susah payah menghabiskan waktu dan biaya lainnya
untuk mendapatkan ilmu yang begitu tinggi,
tentu menginginkan kehidupan yang setidaknya,
ilmu yg telah ia miliki dapat mendatangkan kemakmuran dalam hidupnya.

kalau saya menjadi seorang ilmuwan seperti bapak Habibie,
tentu saya tidak ingin tinggal di Indonesia.
karena saya sudah menghabiskan banyak waktu dan biaya
untuk mendapatkan ilmu yang begitu tinggi,
namun ternyata di Indonesia, ilmu saya ini tidak dapat diaplikasikan.
saya menjadi orang pintar yang bodoh, karena tak mampu berbuat apa-apa dengan ilmu saya.
dengan ilmu yang begitu tinggi, saya juga tidak mampu meningkatkan taraf hidup saya,
apa kata orang jika saya sudah menjadi profesor tapi hidup saya tidak mapan?

saya lebih memilih untuk pergi ke negara lain,
dimana negara tersebut dapat mendatangkan kemakmuran bagi saya
dengan ilmu yang saya miliki.
tentu, bukan berarti saya ini tidak cinta Indonesia,
justru karena saya di luar negeri,
saya semakin cinta dengan Indonesia.
suatu saat nanti, jika saya tidak lupa dan malas,
insyaallah saya akan kembali ke Indonesia
untuk berbuat sesuatu di Indonesia.

tapi alhamdulillah,

saya tidak diberkahi otak yang begitu cemerlang seperti bapak Habibie dan teman-teman ilmuwan lainnya.
otak saya hanya sebatas otak orang "aneh".
ilmu saya tidak begitu tinggi,
jadi peluang saya untuk memanfaatkan ilmu di Indonesia masih terbuka lebar.
masih banyak yang bisa menggaji saya dengan ilmu yang sedikit ini.

kalau nanti saya semakin gila,

karena ilmu saya semakin rendah dan begitu rendahnya,
hingga pada akhirnya keadaan saya
menjadi sama seperti mereka yang memiliki ilmu yg terlalu tinggi.
otak kami tidak terpakai di Indonesia.

mereka yang ilmunya terlalu tinggi memilih pergi ke luar negeri agar ilmunya terpakai.
lalu bagaimana dengan saya?
siapa yang mau memanfaatkan ilmu yang begitu rendah ini?

ya sudah lah, karena tak ada yang mau memanfaatkan,
biar saya sendiri saja yang memanfaatkannya.

saya pakai sendiri ilmu ini untuk memakmurkan diri saya sendiri.
jika saya makmur, saya akan gunakan ilmu saya untuk memakmurkan lingkungan saya,
jika lingkungan saya bisa makmur, saya akan gunakan untuk kemakmuran negara saya.

biarlah saya yang memakai otak saya sendiri,
karena tak ada orang yang mau membayar otak aneh seperti milik saya ini.
otak yg pantasnya dibagi gratisan.

otak aneh saya ini punya prinsip,
kalau memang ilmu itu ga bisa dimanfaatkan, y ga usah dipelajari.
so, saya hanya mempelajari apa yang kira2 bisa saya terapkan
terutama di lingkungan sekitar saya.
yang ga perlu pergi jauh ke luar negeri,
karena saya ga punya ongkos buat pergi jauh-jauh ke luar negeri.

yang saya pahami,
pada hari akhir setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban
atas penggunaan ilmunya, bukan banyak sedikitnya ilmu yg dia miliki.

jadi bagi saya ga pinter-pinter amat ga papa lah,
yg penting kepinteran yang sedikit itu bisa bermanfaat.

tapi bukan berarti saya mengajak bermalas-malasan mencari ilmu lho,
karena kita juga akan dimintai pertangungjawaban
atas penggunaan umur kita. (sekali lagi, bukan banyak sedikitnya umur kita)

saya hanya berpikir,
jika orang-orang pintar hanya mau menjual otaknya ke negara lain,
lalu siapa yang mau menjual otaknya untuk negeri sendiri?
orang-orang bodoh dan aneh seperti saya?


bisakah kita berhenti berharap kepada luar negeri
agar berkenan menyejahterakan negeri kita?
tidak ada negara yg mau membantu negara lain,
sampai negara yg dibantu itu melebihi dirinya.
kecuali semua penduduk negara itu berprofesi guru.
karena hanya guru yg senang jika anak didiknya dapat melampaui dirinya.

bukankah yang membedakan orang biasa, nabi dan rasul,
adalah pemanfaatan ilmunya?
ilmunya orang biasa, dimanfaatkan orang lain.
ilmunya nabi bermanfaat untuk dirinya.
ilmunya rasul, bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

bukankah nabi dan rasul adalah contoh nyata yang baik untuk kita?
semoga kita lebih ikhlas mencontoh mereka.

supaya kita tidak hanya numpang lahir dan mati
tapi kita juga menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk berjuang.

perjuangan kita berhasil atau tidak, bukan masalah.
karena mereka yang dikenang dan diteladani sebagai pejuang
bukan karena keberhasilannya, tapi karena upaya dan kesabarannya.

pejuang kemerdekaan, banyak yang mati dan gagal melawan penjajah.
tapi mereka tetap pejuang di mata rakyat Indonesia karena upaya dan kesabarannya.
nabi dan rasul, banyak yang gagal mengajak kaumnya mengimani Tuhan yang Esa, Allah SWT,
tapi kesabaran dan upaya yang mereka lakukan,
diabadikan Allah sebagai contoh yang baik dalam kitab yang kekal. Al-Qur'an.

negeri ini menanti perjuangan orang-orang yang berilmu.

bagaimana caranya?
saya yakin orang pintar lebih tahu tentang hal ini
daripada saya, orang aneh. :)

Minggu, 11 September 2011

yang penting bagiku adalah

beberapa waktu lalu,
saya pernah mendengar AA Gym berkata di salah satu acara televisi,
kurang lebihnya seperti ini,
"banyak orang memikirkan apa yang seharusnya tidak dipikirkan.
banyak orang melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
banyak orang merisaukan apa yang seharusnya tidak dirisaukan."

saya langsung berpikir,
hmm...
lalu apa yang seharusnya aku pikirkan, aku lakukan dan aku risaukan?

mungkin,
sesuatu yang seharusnya aku pikirkan adalah yang menguntungkan bagiku.

jika tidak ada untungnya bagiku,
untuk apa aku pikirkan,
untuk apa aku lakukan,
dan untuk apa aku risaukan.

kucoba itu,
ternyata eh ternyata,
aku menjadi manusia kalkulator.

apapun yang saya lakukan aku hitung dengan cara matematika manusia.
aku hanya memikirkan apa yang bisa menghasilkan keuntungan bagiku.
nyatanya, memikirkan keuntungan hanya membuatku selalu merasa sedang merugi.

aku hanya melakukan apa yang menguntungkan bagiku.
nyatanya, hanya melakukan yang menguntungkan bagiku justru membuatku sering merugi.

aku hanya merisaukan apa yang bisa menguntungkanku.
nyatanya, merisaukan yang bisa menguntungkan justru membuatku merugi karena risaunya itu.

okey,
ternyata yang seharusnya aku pikirkan, aku lakukan dan aku risaukan
bukanlah yang menguntungkan bagiku.

kenyataannya,
"untung" hanyalah pengertian paling sempit untuk makna "kebahagiaan hidup."
dan hidupku ini terlalu luas jika hanya untuk mencari untung.


sekarang kucoba untuk memikirkan, melakukan dan merisaukan
apa yang bermanfaat untuk diriku.

ternyata eh ternyata,
saya semakin bingung.

apa itu manfaat?
bukankah manfaat itu sama saja dengan untung?

ternyata tidak,
manfaat itu lebih luas dari untung.

manfaat kadang kala tidak dapat diuangkan seperti nilai keuntungan.
misalnya ketenangan batin, kepuasan batin, aktualisasi potensi diri.

saya mencoba memikirkan apa yang bermanfaat untuk diriku,
hasilnya pikiranku lebih jernih dan tenang.
saya mencoba melakukan apa yang bermanfaat untuk diriku,
hasilnya aku lebih efesien dalam melakukan sesuatu.
saya mencoba merisaukan apa yang dapat memberi manfaat untuku,
hasilnya aku semakin termotivasi untuk kembali berpikir dan melakukan
apa yang bermanfaat untuk diriku.

tapi,
apakah dunia ini diciptakan untuk dimanfaatkan oleh diriku saja?
dimana porsi orang lain? porsi tetangga kita? porsi teman-teman kita?

okey,
ternyata hidup untuk bermanfaat bagi diri sendiri memang baik,
tapi masih ada yang lebih baik.
yaitu yang emberi porsi untuk orang lain
dalam kebahagiaan hidupnya.


sekarang, saya mencoba-coba untuk
memikirkan, melakukan dan merisaukan apa yang penting bagi diriku.
penting bagi diriku,
bukan berarti hanya menguntungkan dan bermanfaat untuk diriku.

ya, mungkin ini terlalu gila bagi orang waras.
saya punya visi dan misi hidup.
visi hidup saya adalah ingin menjadi orang kaya yang mati dalam keadaan khusnul khotimah dan masuk syurga.
misi hidup saya adalah ingin menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi alam semesta.

ah lebay, hidup pake visi misi.
ya memang saya ga waras kok, tenang saja. ga usah dicontoh. hahaha

jadi, yang penting bagiku adalah
yang sesuai dengan visi misiku.
yang ga sesuai, minggir.


jika dengan sesuatu itu,
aku bisa menjadi yang paling bermanfaat bagi semesta alam, tentu termasuk bermanfaat untuk diriku,
kenapa tidak?
jika dengan bermanfaat itu,
bisa mengantarku menjadi orang kaya yang mati dengan baik dan masuk syurga,
kenapa tidak?

sebaliknya,
jika sesuatu itu hanya membuang-buang energiku untuk
memikirkan, melakukan dan merisaukan hal yang tidak penting bagiku,
seperti mengeluh tentang negeri tapi tak mau berpikir memperbaiki diri sendiri,
mengeluh tentang polusi tapi tak mau berhenti melakukan polusinya sendiri,
mengeluh tentang pendidikan tapi tak mau merisaukan perilakunya yang tak terdidik.
kenapa tidak berani mengatakan tidak untuk semua itu?

penting bagiku,
adalah yang sesuai bagi visi misiku.

bagaimana denganmu?
apa yang penting bagimu?

apakah aku penting bagi hatimu? eaaa... #justkid

Kamis, 25 Agustus 2011

Merokok lebih bodoh dari Col*

saya yakin sebetulnya ini hal yg penting,
tapi mungkin belum ada yg berani mengungkapkannya.
biarlah orang gila ini saja yg mengangkatnya ke permukaan.
hahaha...

maaf kalau nanti (dan mungkin judulnya juga) bahasanya kasar,
karena sejujurnya saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan bahasa yg sopan.
tapi apa daya,
ketika saya gunakan bahasa yg sopan,
maknanya jadi berubah dan ga matching dengan konteksnya.

ibarat melarang cewe jadi pelacur.
bagusnya pake bahasa, "jangan jadi pelacur!" kesannya mantap dan jelas.
coba pake bahasa, "jangan jadi pekerja seks komersial! atau, Jangan jadi pramunikmat!"
bahasanya terlalu halus dan keren, larangannya kalah dengan kesan kerennya nama lain dari pelacur.

okey, saya berniat menulis ini berawal dari perjalanan mudik saya kemarin.
ketika sedanng menunggu di depan stasiun, dalam keadaan capek lagi puasa,
rame banget, sumuk,
eh ....
kanan kiri depan belakang,
brang breng... pada nyepur alias merokok seenak bokong.

(saya peringatkan, tulisan ini akan banyak menghina para perokok,
jadi kalau tidak kuat mental, silakan lambaikan tangan,
dan klik tombol X warna merah di pojok kanan atas layar anda)

sebetulnya apa c keuntungannya merokok?

biar keren?

oke lah, saya akui memang cowo2 yg merokok itu terkesan keren.
banyak cowo juga bilang kalau cowo yg merokok itu kesannya keren.
sekali lagi, itu kata para cowo ya, termasuk saya.

tapi lain halnya di mata para wanita dan anak-anak.
lebih banyak wanita yg tidak suka prianya merokok.
coba deh bagi anda yg sudah punya istri,
biarkan mertua anda bertanya kepada istri anda.
apakah dia senang menikah dengan perilaku merokok anda?

anda yg sudah punya pacar,
biarkan teman dekatnya bertanya kepada pacar anda,
apakah dia senang berpacaran dengan perilaku merokok anda?

anda yg sedang punya bayi,
lihatlah ketika dia sedang menyusu kepada ibunya,
lihat wajahnya,
perhatikan dan coba tebak apa yg ada di benak bayi anda,
sadarkah jika dia sebetulnya ingin berteriak
"mah! kok susunya bau rokok!!!"
sayang mereka belum bisa bicara, hanya bisa menangis saja.

mereka yg menyayangi Anda,
sebetulnya sayang kepada Anda,
tapi tidak kepada perilaku merokok anda.

sebab, tak ada keuntungannya sama sekali bagi mereka
dengan Anda merokok.

mereka tak bisa melihat anda menjadi lebih keren dengan merokok.
yg bisa melihat hanya para pria dan anda sendiri.
artinya,
ketika anda merokok, sebetulnya anda sedang mencari perhatian kepada para lelaki.
lelaki mana yg suka mencari perhatian kepada lelaki,
kecuali lelaki maho?

biar tenang?

nikotin dapat menghambat informasi rangsang syaraf
sehingga menurunkan aktivitas refleks tubuh
jadi, sebetulnya mereka menjadi tenang
bukan karena masalah terselesaikan,
tapi karena otak mereka menjadi lemot.

kalau mau tenang,
kata pak ustadz lebih baik solat. solat itu penyembuh bagi hati yg gundah.
kata mario teguh, kembalilah kepada keluarga. keluarga itu taman surga di dunia.

kalau mau yg lebih bejad,
seperti saya,
mendingan col* (disingkat col)

secara efek,
merokok dan col sama-sama menimbulkan efek tenang.
bedanya,
tenangnya merokok disebabkan otak kita jadi lemot.
tapi tenangnya col disebabkan adanya hormon serotonin.
artinya, tenang yg dihasilkan dari col lebih sehat daripada merokok.

gratis lagi! tinggal modal gambar saru, bisa pinjem hp temen, hajat selesai.
bandingin dengan rokok, udah lebih mahal, ga ramah lingkungan, bikin lemot lagi.

efek samping
secara efek samping,
jelas merokok lebih berbahaya daripada col.

merokok dapat menyebabkan KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.
sedangkan col hanya dapat menyebabkan IMPOTENSI.

lihat bedanya?

ya bisa aja col menyebabkan kanker, kalo col nya sama pelacur.
saya ga menyarankan itu. swalayan saja lah, yg di internet jauh lebih cantik kok.

bisa juga menyebabkan serangan jantung, kalo lagi col tiba2 gambarnya jadi hidup beneran.

bisa juga menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, kalo lagi lagi hamil tua masih mainan timun.

dosa
secara dosa,
merokok itu merugikan diri sendiri dan orang lain.
bandingkan dengan col, merugikan siapa selain diri sendiri?

daya rusaknya juga lebih hebat merokok daripada col.

manusia memang tempatnya salah dan dosa,
tapi manusia juga punya akal,
mau berdosa pake otak juga kali.

ayo, kenapa harus merokok?
mau cari apanya?
efeknya col juga sama.

bikin tenang, merusak tubuh, dan berdosa.

bahkan col lebih ramah lingkungan dan ga mengesankan maho.

hayo?

merokok itu haram bagi 17 th ke bawah.
kenapa?
karena ulamanya juga pada ngerokok.

ulamanya takut kalau perusahaan rokok gulung tikar.
padahal ga mungkin gulung tikar,
karena yg namanya perokok ga akan dengan mudah meninggalkan rokok
meski harganya menjadi jauh lebih tinggi.

kalaupun gulung tikar,
ga mungkin para pekerja mati tiba2.
orang gila saja yg ga bekerja masih pada bisa hidup di pinggir jalan,
masa mereka yg punya akal ga bisa hidup?
payah, kalah kok sama orang gila.


mau nyumbang pajak ke negara lewat rokok?
halah ga usah nggaya,
bayar saja PBB, pph, ppn, itu dah cukup.
kalau mau melakukan lebih,
angkat anak jalanan satu aja cukup.
pajak yg di dapat dari rokok ga seberapa dibanding biaya untuk mengobati penyakit dari rokok.

menyejarterakan petani tembakau?
petani yang mana yg sejahtera karena industri rokok maju?

sudah lah,
kalau mau merokok, cobalah ganti dengan col.
habis makan, col.
lagi nunggu bis, col.
efeknya sama saja.

kalo susah ya sudah,
kata pak ustad, zikir itu lebih baik.
kalo kata orang pinter, baca buku saja.

ga usah melanjutkan perilaku
yg menegaskan Anda itu maho dan bodoh.

ga usah ikut2an pemerintah,
udah tau mana yg bener, mana yg salah.
tapi ya hanya tahu aja.
ga ada iktikad dan upaya untuk melakukan perbaikan.

kalo masih mau ikut2an pemerintah,
ga usah menghina2 pemerintah.
karena sama saja dengan meludahi muka sendiri.

(buat para perokok yg kuat membaca tulisan ini sampai akhir,
luar biasa, saya salut.
semoga Anda bisa segera terlepas dari ketergantungan merokok.
dan juga segera lepas dari kebiasaan col sambil merokok.
it's too stupid man.)

semoga Allah memberkahi kita semua.
aamiin

Tulisan dari temen yg gila.. untuk kawan yg aneh..
terima kasih.

Minggu, 21 Agustus 2011

Indonesia negeri yang mubazir

Tidak ada yg menyangkal fakta bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya.
tapi jika ada yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat mubazir,
mungkin kita akan mulai berpikir, benarkah?

dari pengamatan pribadi saya yang sangat subjektif,
memang sejak saya lahir hingga sekarang,
banyak terjadi hal-hal yang mubazir di negeri ini.

beberapa diantaranya:

1. Pendidikan yang mubazir.

jadwal yang begitu padat,
materi yang begitu banyak,
mata pelajaran yang berbagai macam,

seberapa banyak ilmu yang kita terima itu
telah berhasil kita terapkan,
telah kita aplikasikan dalam kehidupan nyata?

apa gunanya kita belajar banyak tapi hanya sedikit yang mampu kita lakukan?

apa gunanya kita belajar haji,
kalau solatnya saja belum dilaksanakan?

apa gunanya belajar menghentikan munculnya new world order, konspirasi dunia oleh kaum zionis
kalau menjalankan perintah Allah saja masih ogah-ogahan.

untuk apa belajar bagaimana cara mengobati penyakit orang lain,
kalau menjaga kesehatan diri saja belum dilaksanakan.

untuk apa belajar bagaimana cara merger perusahaan,
kalau membuat usaha saja belum dilakukan.

kita itu, termasuk saya,
telah dipaksa untuk mengetahui banyak hal
tapi tidak dipaksa untuk melakukan banyak hal.

inilah yang menyebabkan banyak rakyat Indonesia
yang hanya tahu, tapi tak bisa melakukan apapun.
banyak tahu tapi hanya bisa meminta dan tidak mampu memberi.

kita ini seperti tukang kayu bakar yang sudah mengumpulkan 1 gunung kayu bakar,
tapi kita hanya bisa membawanya dengan dua tangan.

banyak pengetahuan kita yang mubazir,
kita tahu, tapi tak bisa melakukan apapun dengan yg kita ketahui itu.

2. Bantuan yang mubazir


bantuan memang baik, tapi kalau tidak tepat sasaran dan tepat guna,
sama saja menjadi bantuan yang mubazir.

subsidi BBM yang begitu banyak dinikmati oleh orang-orang yang mampu.

darsem yang tiba2 menjadi Qarun nya Indonesia,

pembagian zakat yang menyulitkan orang miskin padahal tak seberapa nilainya.

bantuan modal untuk rencana bisnis mahasiswa yang ujung2nya hanya menjadi uang makan2 dan gadget baru.

sekali lagi,
bukan berarti membantu itu dilarang,
hanya saja, membantu yang berlebihan juga hanya akan menyebabkan kemubaziran.

3. Kebijakan pemerintah yang mubazir.

tiap tahun jalur mudik diperbaiki tapi jalanan di perbatasan dibiarkan saja.

banyak merekrut PNS yang tugasnya hanya bikin kopi dan tukang fotokopi.

banyak wakil rakyat tapi hanya sedikit yang mampu mewakili rakyat.

biaya transportasi tinggi padahal bisa dihemat dengan teknologi,

banyak impor barang padahal bisa digunakan untuk menggenjot produk dalam negeri.

Mobil pejabat yang mahal padahal gunanya buat nganter anak ke sekolah dan mamih ke pasar.


4. Rakyat yang mubazir.

banyak penduduk tapi hanya sedikit yang mampu berkarya.

banyak sarjana tapi hanya sedikit yang mampu berpikir.

banyak yang mampu mengkritik tapi sedikit yang mampu memberi saran.

banyak yang cinta Indonesia tapi tak mau berkorban untuk Indonesia

banyak yang update status mengeluh tapi jarang yang update status bersyukur.

5. Nasionalisme yang mubazir.

tiap 17 agustus banyak ceremonial yang menghabiskan banyak anggaran.
padahal banyak hal yang bisa dilakukan dengan anggaran itu.

untuk mewujudkan jiwa nasionalisme,
bukan dengan itu caranya.

caranya,
Pakai dan konsumsi produk Indonesia
yang mungkin lebih mahal dan lebih jelek.

bodoh memang,

tapi itulah bukti bahwa dia punya nasionalisme tinggi.

jika kita hidup di jaman penjajahan,
kita melihat ada orang yang mengorbankan harta, nyawa, keluarga,
untuk negaranya yang BELUM PASTI mampu merdeka,
untuk negaranya yang BELUM PASTI menang melawan penjajah,
untuk negaranya yang BELUM PASTI semua orang di negeranya itu mengenalnya.

mereka, pahlawan itu orang-orang yang bodoh kan?

bodoh, tapi efisien.

tidak seperti kita,
yang pintar tapi hidupnya mubazir.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Mengapa ada anak BODOH ?

Semua manusia, termasuk kita. Dulu jauh sebelum kelahiran kita, sebenarnya kita sudah pernah memenangkan kompetisi yang luar biasa. kita pernah mengalahkan miliaran sel sperma lainnya, dan kemudian hanya kita yang bisa sampai dan menembus sel telur, hingga kita bisa lahir sebagai manusia. Kita adalah pemenang itu. Jika bukan kita pemenangnya tentu kita tidak berada di tempat kita sekarang. Dan bisa membaca tulisan ini.

Namun seiring bertambahnya usia kita begitu pula dengan anak-anak kita, mulai ada yang memiliki anggapan bahwa dirinya, lemah, bodoh, dan tidak memiliki daya saing. Sebuah kenyataan yang dihadapi sekarang dan tidak bisa dihindari adalah model pendidikan disekolah. Institusi pendidikan yang semestinya memberikan motivasi agar anak menemukan dan mengembangkan potensi dirinya sering kali malah menjadi sebuah tempat “pembodohan” bagi anak-anak kita.

Jika kita perhatikan, seringkali di sekolah lah anak mulai mengenalkan bahkan memberikan label-label seorang anak ini termasuk anak yang bodoh dan pintar. Dan parahnya banyak orang tua yang terpengaruh dan percaya bahwa anak mereka adalah anak yang bodoh. Sangat tidak mungkin Allah memberikan label bodoh kepada seorang Anak. Semua anak dilahirkan jenius, sering kali karena mereka tidak menemukan para pendidik yang baik dan bijaklah sehingga membuat anak-anak menyimpulkan diri mereka “bodoh”.

Anak-anak sering menjadi korban pembodohan. Tanpa disadari orang tua, guru, pihak sekolah, sistem pendidikan, telah menghancurkan masa depan anak. Anak-anak diberikan label-label negatif : anak malas, sulit diatur, anak bodoh, anak lambat, kemampuan pas pasan, dan sebagainya. Banyak anak-anak kita yang belum mengerti dan mengenal semua label yang diberikan pada mereka, karena ketidak pahaman mereka, sehingga mereka cenderung menerima saja label tersebut tanpa mengkritisi. Kemudian masuklah semua label tersebut ke alam bawah sadar mereka (subconscioul mind). Sehingga anak telah memiliki program jangka panjang yang berakibat menghancurkan masa depan mereka dengan semua label yang dengan sangat kejam telah dicap di dahi mereka.

Kita tentu punya pengalaman masing masing saat duduk dibangku sekolah dulu. Akibat dari prilaku dan ucapan guru kita, maka sering kali program negatif itu telah bekerja diotak kita. Dalam pelajaran tertentu misalnya, sebagian anak sampai trauma dengan pelajaran tertentu seperti matematika, fisika dan kimia misalnya. Setiap kali mendengar , melihat dan merasakan suatu pengalaman yang ada kaitannya dengan pelajaran tersebut, seketika itu pula bawah sadarnya berkata “Saya tidak bisa!” atau, “Saya anak bodoh!” atau, “Matematika itu sulit!” atau, “Sekolah itu tidak menyenangkan!” atau, “Fisika itu menakutkan!” dan “PR itu siksaan bagi saya.” Sehingga banyak anak yang tidak bisa menikmati masa masa sekolah mereka. Belajar menjadi sangat tidak menyenangkan, karena penuh dengan paksaan dan ketakutan dalam hidup. Pada sebagian orang kondisi bawah sadar yang negatif ini, terbawa terus hingga masa kuliah bahkan sampai dunia kerja. Akibatnya pribadi dengan mental block dan sistem yang selalu melemahkan dirinya, bisa dipastikan mereka akan kesulitan berprestasi dan mewujudkan cita citanya karena sejak awal didahapkan pada masalah, label negatif selalu muncul dalam diri mereka.

Hari ini PR orang tua semakin banyak, disaat dunia pendidikan sudah tidak lagi murni pendidikan. Sistem pendidikan kita saat ini tidak bisa dilepaskan dari politik dan kepetingan golongan tertentu, sehingga sistem pendidikan yang seharus sangat mendesak untuk dibenahi namun tidak bisa dilakukan. Karena bertentangan dengan konflik kepentingan yang lainnya. Disisi lain akhir akhir ini komersialisasi pendidikan semakin kental, bisnis pendidikan menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi kelompok kelompok kapitalis yang selalu ingin memperkaya diri. Seolah membuat diferensiasi dalam pendidikan, namun faktanya mental anak-anak kita semakin hancur.

Saya sering mengulang ulang dalam kelas pelatihan parenting yang saya pandu, bahwa terapis terbaik bagi anak kita adalah orang tua kandung mereka sendiri. Hendaknya orang tua tidak menyerahkan kewajiban pendidikan mental anak kepada sekolah, guru les pelajaran tambahan , psikolog dan lain sebagainya. Orang tua hari ini harus lebih cerdas, jika ingin anak-anak berkembang dengan penuh motivasi dan percaya diri menjalani masa depan mereka.

Standart dan model pendidikan kita saat ini penuh dengan “kepalsuan”. Seorang anak dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi diukur dengan nilai berupa angka angka sebagai laporan prestasi mereka. Nilai nilai yang ada telah menjadi kesepakatan dalam keyakinan bahwa yang pintar adalah mereka yang nilainya besar, dan anak-anak dengan nilai kecil adalah kelompok anak-anak yang bodoh.

Pihak sekolah sering menyarankan bagi orang tua yang anak-anaknya memiliki nilai yang rendah, sebaiknya mengikutkan anak mereka les tambaha. Lagi lagi anak “jebloskan” dalam lingkaran bisnis pendidikan berikutnya. Apakah anak yang telah diberi label bodoh akan menjadi pintar hanya dengan diikutkan les pelajaran tambahan? Saya tidak yakin.

Kita sebagai orang tua mestinya lebih bijak untuk tidak ikut ikutan memberikan label negatif pada anak kita. Satu hal yang perlu kita fahami adalah setiap anak itu dilahirkan genius, Setiap anak dilahirkan cerdas, dan setiap anak dilahirkan dengan keunikan masing masing. Ibarat produk yang ada ditoko toko, masing masing produk memiliki barcode. Masing masing garis pada barcode tentu tidak sama tingginya. Begitu pula dengan anak-anak kita, tidak ada yang sama persis. Tiap anak membawa keunikan mereka sendiri sendiri. Ada anak yang lebih mahir mate matika namun disisi lain mereka lemah dalam kesenian. Ada anak yang sangat tangguh dalam berolah raga namun lemah dalam pelajarah fisika, begitu seterusnya. Orang tua yang bijak adalah orang tua yang berusaha menemukan potensi buah hati mereka, memperhatikan dengan jeli potensi apa yang dominan pada diri anak mereka. Kemudia potensi yang yang dominan inilah yang sebenarnya perlu terus difokuskan peningkatannya agar anak semakin percaya diri bahwa mereka memiliki kecerdasan dan kelebihan yang unik.

Tak perlu panik jika anak-anak lemah dalam pelajaran tertentu. Toh memaksakan anak menguasai pelajaran tertentu yang mereka tidak memiliki minat sama saja membunuh percaya diri anak. Nilai disekolah bukanlah satu satunya ukuran prestasi anak-anak kita, sehingga mereka dengan mudah diberi label bodoh. Mari kita bantu anak-anak kita menemukan diri mereka sendiri, membongkar mental block dalam diri mereka. Dan memotivasi anak kita untuk selalu bersemangat menjadi pribadi yang mampu mewujudkan impian mereka dimasa depan. Bukan hanya mengejar nilai di sekolah.

Semoga kita senantiasa menjadi orang tua yang sabar, dalam memotivasi anak-anak kita menjadi pribadi yang tangguh, penuh dengan keyakinan pada diri mereka, bahwa semua anak adalah anak yang cerdas. Semua itu bisa kita capai jika mulai hari ini dan seterusnya kita belajar menjadi orang tua yang dengan kerendahan hati, mau menghargai dan fokus kepada kelebihan dan prilaku positif anak-anak kita.

Karena sesungguhnya tidak ada anak yang dilahirkan “bodoh”.

Selasa, 09 Agustus 2011

Bukti Negeri ini masih di jajah !

apa kita sudah merdeka dari penjajahan?
ya, sudah.
kita sudah merdeka secara hukum hampir selama 66 tahun.

tapi apakah kita sudah merdeka sepenuhnya?
semua orang tau, kita belum merdeka.
kita masih banyak hutang ke negera luar,
kita masih dijajah produk impor.
semua tahu itu.
dan aku ga pengen membahas itu.

yg aku pengen bahas disini,
kalau aku tidak salah dalam menganalisis,
bahwa kita ini masih dijajah dalam hal pola pikir.

buktinya:

1. kita sudah diajari politik adu domba sejak kecil bahkan saat kita belum lancar berbicara.
masih ingat waktu kecil jika kita sedang bermain di bawah meja,
lalu kita berdiri hingga kepala kita terbentur meja,
lalu orang tua kita bilang apa?
"ow.. nakal ya mejanya... pukul..pukul..."
ya, sejak kecil kita diajari untuk menyalahkan orang lain
yg nyata-nyata kesalahan kita sendiri.
 lebay? ow ya, mungkin lebay.
tapi kalau melihat fakta bahwa politik adu domba adalah politik jaman penjajah,
yg kemudian pola tersebut dibawa dalam pendidikan anak,
kemudian kita, yg merupakan hasil pendidikan itu,
menjadi hobi lempar-melempar tanggungjawab dan menyalahkan orang lain.
perlu bukti?
nyalakan televisi dan lihat berita, terutama tentang mereka yang ada di senayan.
itu wakil kita, mewakili pribadi kita.

ya, itu lebay koq. anggap saja itu lebay.

2. kita belajar untuk mendapatkan pekerjaan.
ini pola pikir penjajah untuk mencari babu-babu penurut yang ahli.
pola pikir ini membuat kita yang sedang sekolah,
bukan untuk mencari ilmu pengetahuan,
tapi untuk mencari ijazah untuk bekal mencari kerja.

apa bedanya?
jelas, kalau orang sekolah untuk mencari ilmu pengetahuan,
dia mencari ilmu yg bisa menjadi bekal hidupnya kelak.
seorang ahli IT, Mark Zuckenberg belajar di Harvard bukan untuk mencari ijazah harvard.
tapi mencari ilmu yg akhirnya berhasil dia dapatkan dan kembangkan menjadi Facebook.
hal itu sudah biasa dilakukan oleh siswa-siswa jepang, inggris, prancis dan negara-negara cendikia lainnya.


lalu bedanya dengan indonesia?
kita sekolah untuk mencari ijazah.
yg dipikirkan adalah bagaimana mengerjakan soal dengan baik agar bisa lulus,
dapat ijazah sebagai bukti kompetensi yang memadai untuk menjadi babu.
penjajah tak ingin kita pintar, produktif dan menghasilkan.
mereka hanya ingin kita kompeten untuk menjadi babu mereka.

kita tak mau meninggalkan sekolah,
bukan takut tak dapat ilmu,
tapi takut tak dapat ijazah.

justru ketika lulus kemudian lupa semua ilmunya,
tidak menjadi masalah berarti bagi kita.
padahal, berarti kita sekolah hanya untuk mendapatkan lupa.

hmm... selama ini pola pikir kita benar-benar cerdas bukan?

3. suka yang menyenangkan dan tak suka yang tidak menyenangkan.
pola pikir kita dibuat utk tetap seperti anak kecil.
anak kecil yg taunya senang dan tidak senang.
bukan baik dan tidak baik.
anak kecil tak peduli bahwa itu obat menyembuhkan.
yang jelas itu obat pahit dan tidak menyenangkan.
sama seperti kita yang masih terlena dengan pola pikir
senang dan tidak senang. bukan baik dan tidak baik.

polisi tugasnya menegakkan hukum, bukan menghibur rakyat.
ketika dia bertugas dengan baik, justru kita menghujat.
alasannya, ya polisi itu tak menyenangkan.
dia menilang hingga aku kehilangan uangku.
kita tidak bisa menerima bahwa mereka itu sedang menjalankan tugas pokoknya.
dan itu lebih baik
dibanding mereka berjoget ria, yang bukan tugas pokoknya,
mereka yang memaafkan semua pelanggar lalu lintas demi mendapatkan hati masyarakat,
bisa dibayangkan seperti apa jadinya ketertiban negeri ini?

lebay?
anak kecil juga kalau dikasih tau ini obat menyembuhkan juga dipikirannya,
"ah mama lebay. ga enak gitu koq menyembuhkan."
wkwkwkw.....

kenaikan harga bbm yg terus ditunda itu bukti bahwa kita masih membela kesenangan, bukan kebaikan.
jelas-jelas, subsidi berkepanjangan tidak akan membuat negeri ini makin sehat.
malah makin menambah hutang.

kita tak suka jika negeri menambah hutang,
tapi kita masih saja menambah beban hutang negara.

tidak ada yang salah dengan apa yg terjadi di negeri ini,
ini hanya efek penjajahan pola pikir,
yg dibentuk selama 350 tahun dan masih diwariskan hingga kini.

kita menjadi salah
jika sudah tahu bahwa kita masih terjajah,
tapi tak ada usaha sedikitpun untuk merdeka.
merdeka secara pola pikir.

setidaknya ada niatan untuk merdeka.
niatan menjadi pelajar yg bisa menghasilkan sesuatu dengan ilmunya,
niatan menjadi pejabat yang berani mengatakan aku yang salah,
niatan menjadi rakyat yang menghormati aturan, mengkritisi dan menyarankan solusi yg lebih baik.
bukan menjadi rakyat yg hanya tau senang dan tidak senang,
bukan menjadi rakyat yg langsung menolak jika ada kebijakan apapun dari pemerintah.
bukan menjadi rakyat yg berkeringat hanya ketika makan tapi ngantuk ketika bekerja.

kita belum sepenuhnya merdeka,
tapi kita bisa merdeka sepenuhnya.

karena tak ada alasan lagi bagi kita,
utk tetap menjadi bangsa pesakitan yg dijajah bahkan hingga kedalam pola pikir.
sungguh ini terlalu hina kawan.

bahkan lebih hina dari orang gila
yang mampu hidup independen tanpa pengaruh siapapun.


_semoga bermanfaat.

Minggu, 07 Agustus 2011

Sudah seimbangkah kehidupan mu ?


inilah pemahaman nilai sukses yang sesungguhnya.
inilah pemahaman yang bisa menghilangkan korupsi di negeri ini.
inilah pemahaman yang bisa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Senin, 01 Agustus 2011

Ramadhan (bukan) bulan Pelatihan

mungkin sebuah pemikiran yang aneh
ketika banyak orang mengatakan bahwa
Ramadhan adalah bulan pelatihan,
saya justru menganggap bulan Ramadhan
adalah bulan keringanan.

maaf jika anggapan saya terbalik dengan orang kebanyakan,
tapi saya tidak sedang memaksakan diri
untuk selalu berbeda agar disebut orang unik atau kreatif.
apa yang saya rasakan mengenai bulan Ramadhan
adalah betul-betul jujur bahwa bulan Ramadhan
adalah bulan keringanan.

alasannya,
1. Allah telah menetapkan bulan Ramadhan
sebagai bulan cutinya setan.

Nabi Muhammad saw bersabda:
“Jika malam pertama Romadhon datang, maka setan-setan, dan jin-jin durhaka dibelenggu; pintu-pintu neraka ditutup..."
[HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (682), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1642). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1960) ]
see,
betapa mudahnya kita menjalankan ibadah saat bulan suci.
(bukan maksud saya menyepelekan ibadah,
hanya memastikan bahwa Allah tak akan menyulitkan hamba-Nya,
termasuk dalam hal ibadah.)

saat bulan Ramadhan, kita tak perlu lagi repot melawan setan.
kita hanya perlu memerangi hawa nafsu.

walaupun begitu, memang hawa nafsu lebih kuat daripada setan.
hal inilah yang menyebabkan kita bisa menyaksikan
ketika bulan Ramadhan masih saja ada orang yang asik berbuat maksiat.

mungkin karena itu Nabi Muhammad saw pernah bersabda yang kurang lebih:

"Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar." Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ? ” Baginda berkata, “Peperangan melawan hawa nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi).

mengapa melawan hawa nafsu? bukan peperangan melawan setan?
padahal dalam Al-Quran, Setan tetap di sebut setan misalnya
dalam Q.S. Fatir: 6

"Sesungguhnya syetan itu musuh kalian, maka jadikanlah Dia musuh, sesungguhnya syetan itu menggoda agar kalian menjadi penguhi neraka sya’ir."

Mungkin setan memang musuh yang nyata,
tapi peperangan terbesar kita bukan melawan musuh,
tapi melawan nafsu yang ada di diri kita masing-masing.

(setidaknya itulah yg dirasakan penulis pribadi ^^)

2. Dukungan untuk beribadah sangat kuat.
ketika Ramadhan,
orang jahat menjadi baik.
orang baik semakin baik.
orang pelit jadi dermawan,
yang dermawan semakin rupawan (eh ga nyambung ya?)

acara televisi yang tadinya sinetron tampar menampar,
jadi sinetron salam-salaman.
tadinya acaranya aneh-aneh,
jadi penuh ceramah.

pakaian wanita-wanita mendadak tertutup,
tempat hiburan malam tutup,
rumah makan tutup di siang hari,
hidangan berbuka tersedia di setiap masjid.
jam kerja kantor dikurangi.
bos jadi jarang marah-marah.

bedakan ketika berpuasa sunah di bulan lainnya,

orang sekitarnya bebas makan dan minum.
acara televisi aneh-aneh,
rumah makan wangi semerbak,
jadwal kerja tak ada kompensasi
hidangan berbuka beli sendiri (ga ada ta'jilan)

jelas bahwa berpuasa sunah di bulan lain,
jauh lebih berat daripada berpuasa di bulan Ramadhan.

3. bonus pahala berlimpah.
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat."
pahala di Bulan Ramadhan berlipat ganda.
satu kebaikan dibalas 10-700x.
solat yang sunah berpahala solat wajib,
yang wajib berlipat 70x.
subhanallah,
siapa yang tidak mau beribadah di bulan Ramadhan?

bandingkan dengan amalan sunah di bulan lain?
tetap akan dianggap seperti sunah.

waulohu'alam, hanya Allah yg tahu pahala tiap ibadah.
tapi jika kita berpikir secara "bodoh-bodohan"
lebih untung mana, ibadah di bulan Ramadhan atau
bulan yg lain?

dari 3 poin di atas, jelaslah bahwa Ramadhan bukan bulan pelatihan.

karena latihan yang baik,
seharusnya lebih berat daripada event yg dilatihkan.

seperti prinsip tentara,
lebih baik bermandikan keringat di medan latihan,
daripada bermandikan darah di medan pertempuran.

mungkin inilah yang dilakukan Nabi Muhammad saw.
beliau rajin melaksanakan puasa senin-kamis sepanjang tahun,
kemudian pada bulan Rajab beliau meningkatkan intensitas puasanya,
dan pada bulan Sya'ban beliau berpuasa hampir sebulan penuh.

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Saya tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956)

Rasulullah berlatih keras sebelum perlombaan dimulai,
dan ketika perlombaan tiba,
Allah meringankan perlombaan itu dengan berbagai keringanan
seperti poin2 yang saya bahas sebelumnya.
betapa senangnya hati Rasulullah. sampai-sampai beliau bersabda:
yang artinya, “Apabila umatku tahu akan keistimewaan Ramadhan niscaya mereka mengharap sepanjang tahun menjadi bulan Ramadan semuanya”.

hingga pada saat hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri,
beliau mampu meraih kemenangan yang telak,
kemenangan yang penuh piala ampunan dan pahala.
menjadi pribadi pemenang yang hakiki.

tentu kita bisa mencontoh Nabi Muhammad saw.
karena tugas beliau memang menjadi suri teladan yang baik untuk kita.

so, mari kita tingkatkan latihan lebih keras di 11 bulan lain,
kemudian berlomba meraih berbagai bonus
pahala dan ampunan dalam bulan Ramadhan,
dan pada akhirnya kita mampu meraih kemenangan yang memuaskan
pada hari raya Idul Fitri.

semoga kita tidak termasuk kaum yang sedih
ketika akan datang bulan Ramadhan.
karena mereka lalai berlatih di bulan sebelumnya,
sehingga tak siap menghadapi event di bulan Ramadhan
mereka merasa berat menjalani ibadah puasa,
padahal pada Bulan Ramadhan, segalanya telah diringankan untuk kita.

sebuah keringanan yang diberikan Allah swt,
Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Waulohu'alambishawab,

Selamat datang bulan Ramadhan,
bulan yang penuh berkah, semoga bermanfaat :)

Sabtu, 23 Juli 2011

Dulu kita pernah dewasa :)

::..BERMAIN BERSAMA..::
masih ingat waktu kita masih kecil ?
klo siang-siang habis sekolah, buru-buru makan siang,
trus keluar nyamperin temen-temen main di lapangan,
main di sawah.. bareng-bareng sama temen-temen..

ga ada yg main sendirian, semua bareng-bareng..
ga ada individualistis, semua main bersama..

belajar memahami sifat masing2 teman,
dengan melihat wajahnya yg sembab ketika selalu kalah dalam permainan,
dengan melihat tingkahnya yg sombong ketika mengalahkan musuh bebuyutannya (walaupun baru satu kali) hha..
dengan melihat tingkahnya yg meremehkan teman yg baru bergabung.

betapa dewasanya kita dulu,
dibanding sekarang yg makin lama makin individualistis.
semakin terjerumus kepada permainan yg hanya bermain dengan 2 orang.
karena stiknya cuma 2.
banhkan hanya sendiri, karena mouse dan keyboardnya cuma 1.

tak ada unsur toleransi lagi dalam permainan kita yg skrg.
tak ada belajar untuk menjaga perasaan yang kalah,
dan belajar menghormati yang menang.

betapa dewasanya kita dulu, waktu kita masih kecil.

::..MEMBUAT KARYA..::
masih ingat waktu kita ingin bermain mobil-mobilan
ingin bermain tembak-tembakan,
ingin bermain rumah-rumahan,
tapi orang tua kita tak memberi uang?

kita tidak menyerah, kita cari kulit jeruk,
kita cari pelepah pisang, kita cari tanah liat,
tak punya uang bukan penghalang kita utk bisa bermain,
dengan apapun yang ada yang penting kita bisa bermain.

kita asik bermain dengan karya cipta kita sendiri.
kita tak peduli bagus tidaknya mainan kita,
karena proses pembuatannya-lah yang kita sukai,
bukan hasil akhir mainan itu.

kita marah-marah ketika mainan kita belum jadi,
dan permainan kita belum selesai
tapi orang tua sudah menyuruh pulang untuk mandi sore.
lihat, betapa seriusnya dan totalnya kita dalam mencintai permainan.

bukankah sikap2 seperti itu,
yang mandiri dengan segala keterbatasan yang ada,
yang menikmati dan mencintai proses pembuatan karya
yang totalitas dalam kecintaannya membuat karya,
adalah sikap orang yang dewasa?

betapa dewasanya kita dulu, waktu kita masih kecil.

::..POLOS..::
kalau kita ditanya,
kapan pernah jujur yang tanpa berpikir macem-macem.
waktu masih kecil kan?
"itu kan polos, bukan jujur.."
okey...

jujur mendatangkan ketentraman hati,
sedangkan bohong mendatangkan kegelisahan.
kapan kita lebih sering gelisah,
ketika kecil atau sudah tua?
"kan permasalahan hidupnya beda.."
ya jelas beda.
permasalahan orang tua, lebih banyak.
karena bohongnya lebih banyak.

karena bohong itu akar segala permasalahan.
mulai dari membohongi diri sendiri,
membohongi orang tua,
membohongi orang lain,
hingga membohongi Tuhan.

betapa hebatnya kita waktu kecil,
yg polos, yg tak tahu bagaimana cara berbohong,
hingga Tuhan juga tak tahu
bagaimana cara menaruh kita dalam kegelisahan.

betapa dewasanya kita dulu, waktu kita masih kecil.

ya, dulu kita pernah dewasa..
dulu kita mencintai kebersamaan,
dulu kita mencintai kemandirian,
dulu kita mencintai keuletan,
dulu kita mencintai totalitas,
dulu kita mencintai kejujuran.

mungkin menjadi dewasa dengan memutar waktu adalah hal yang mustahil,
tapi membangkitkan kedewasaan yang dulu pernah ada, sepertinya tak sulit.

tak semua teladan selalu lebih tua dari kita.
kalau kita bisa belajar dengan tepat,
semua orang bisa kita jadikan teladan.
bahkan anak kecil yang polos dan ingusan itu.

jadi dewasa tak harus menunggu tua,
terbukti, dulu kita sudah pernah dewasa.
dan sekarang,
mari bangkitkan diri kita yg dulu,
yang mencintai kebersamaan, mencintai kemandirian,
mencintai keuletan, mencintai totalitas, mencintai kejujuran.

be wise by being a child

Selasa, 12 Juli 2011

ketika NILAI jadi acuan dan standar pendidikan di Negeri ini.

pendidikan.htmlhehehe,,,, selamat menikmati
semangkok tulisan orang aneh.

tentang sebuah alternatif dari "nilai"

yang selama ini dianggap paling relevan
untuk menunjukkan tingkat pendidikan.


okey,,
langsung aja lah,,,
ga pake basa basi...

yang jelas, makin banyak orang pinter,
makin banyak yang menyadari kalau
nilai itu ga relevan dengan tingkat pendidikan.

lalu selama ini, yang jadi masalah itu
bukan sadarnya akan ketidakrelevanan "nilai",
tapi apa yang bisa menjadi standar selain "nilai"?

itu kan?
pertanyaan itu yang sering membuat kaum terpelajar terhenti berpikir
lalu melanjutkan pengejarannya atas "nilai".

untungnya aku bukan kaum terpelajar.
aku orang aneh,, jadinya ga ada yang namanya berenti berpikir.
apalagi harus ngejar nilai... wkwkwkw

please don't try this at home.
adegan ini dilakukan oleh orang2 aneh
dan sudah berada dalam pengamanan yang ketat. wakakakaka

hanya ilustrasi saja

okey, setelah bertapa di Goa Pakar
aku menemukan pangsit,,, eh wangsit,,

begini loh balads-balads aku yang cantik dan ganteng,,,,

kata orang bijak,,,
motivasi terbesar seseorang adalah
ketika dia tau apa manfaat yang dia lakukan.

sekarang mari kita berpikir bersama,,,,

apa motivasi kita sekolah?
biar pinter. klo udah pinter?
dapet kerja. klo dah dapet kerja?
bisa hidup sejahtera. klo dah sejahtera?
hhmmm,,,,, ngapain ya,,,,
ow ya,,, bagi2 kesejahteraan donk,,,
kan banyak orang susah,,,.
okey.
jelas klo dah bagi2 kesejahteraan akhirnya insyaallah dapet surga.
berhubung urusan surga itu urusannya Allah,

kita ambil step sebelumnya, yaitu bagi-bagi kesejahteraan.
okey?
so, kalau diruntut lagi..
motivasi kita sekolah adalah untuk bagi2 kesejahteraan.
betul?
(nada Aa Gym)

jadi, sebetulnya orang yang mau sekolah, tujuan akhirnya pasti mulia.
hanya kadang ada yang tidak menyadarinya.

jadi kalau memang tujuan sekolah
untuk berbagi kesejahteraan, manfaat,

lalu kenapa sekolah tidak menyetandarkan manfaat
sebagai standar tingkat pendidikan?

ya, MANFAAT sebagai STANDAR TINGKAT PENDIDIKAN.
yang diujikan adalah manfaat.
yang dilaporkan di rapot adalah manfaat.
yang dibanggakan adalah manfaat.


maksudnya manfaat?
aku contohkan ya,,,,
misal anak SMP, dengan ilmu biologinya,
dia bisa membuat kebun cabe di halamannya.
dengan begitu, ibunya ga perlu bayar mahal buat beli cabe.
nyata kan manfaatnya?
kepake kan ilmunya?

daripada menang olimpiade biologi,
tapi ibunya masih susah beli cabe.
kemana ilmunya?
cuma buat pamer ke luar negeri klo anak indonesia itu pinter2?
dari dulu orang luar juga dah tau anak Indonesia itu pinter.
yang orang luar belum tau, orang pinter Indonesia itu ngapai aja
koq negerinya masih moloooorrr aja,,, kya dewan yang tercela.

misal lagi,
anak SMA, dengan ilmu akuntansinya,
dia bisa membuat usaha warung ibunya tercatat dengan rapih
pemasukan dan pengeluarannya,
jadi jelas untung ruginya.
kepake kan ilmunya?
nyata kan manfaatnya?

anak kuliah desain grafis,
bisa bikin tembok2 warung makan yang kecil2 itu
jadi unik, lucu, menarik,,,,
jadi warungnya bisa rame,

kenapa selama ini jarang sekali
yang berani atau tertarik untuk mengaplikasikan ilmunya.
mungkin karena terlalu sibuk mengejar nilai.
nilai yang sebetulnya manfaatnya apa c?
apa tujuannya?

coba kalau selama ini para intelektual
bukan mengejar nilai tapi mengejar manfaat,

masa iya, kota jakarta bisa se semrawut ini?
masa iya pariwisata kita yg mendunia cuma Bali?
masa iya masih banyak orang kurang gizi?
masa iya masih banyak orang miskin?
masa iya cuma jakarta pusat perekonomian Indonesia?

kalau semua orang berpendidikan
berlomba-lomba mengejar manfaat, udah lah,,,,
setahun aja minimal kita bisa sama dengan Singapura.


dan untuk menentukan lulus tidaknya,
tentukan saja dengan manfaat yang bisa dia berikan.

Ketika banyak orang yang bisa menikmati manfaatnya, lulus.
buat aja standar masing2 minimal orang yang mendapatkan manfaatnya.

misal,
untuk anak SMP bisa memberikan satu hal
yang manfaatnya bisa dinikmati minimal 10 orang,
SMA minimal 50 orang,
perguruan tinggi minimal 200 orang.
gampang kan?

dengan begitu
anak sekolah orientasinya pemanfaatan ilmu. bukan nilai.
memicu kreatifitas dan responsibilitas kepada lingkungannya, ga cuma terkungkung di kelas literatur yang itu-itu aja.
memicu semangat belajar mencari ilmu karena mereka butuh, bukan disuruh.



gmn??? pemikiran yang aneh kan!!! wakakakaka

lalu ada masalah lagi, ketika manfaat menjadi standar,
berarti sejak awal anak masuk sekolah harus punya impian
mau bisa apa, bermanfaat dalam bidang apa?

ya, sejak awal dia harus tau mau bisa apa.

ini bisa ditentukan dengan impiannya sendiri.
dan petunjuk dari pemandu bakatnya, baik itu orang tua maupun guru.

sebetulnya masih banyak yang masih ngantri di otak ku,,
cuman 10 jari ini minta berhenti dulu, dah cape. wkwkw

jadi intinya,
MANFAAT lah yang harusnya menjadi STANDAR PENDIDIKAN.
bukan NILAI.

dan memberikan manfaat tidak perlu menunggu
kalau sudah kaya, kalau sudah pinter.

karena memberikan manfaat itu kegiatan yang perlu latihan.
dan latihan paling baik dilakukan sejak dini.

sekecil dan sesederhana apapun manfaat,
itu lebih baik ketimbang
menunggu kaya dulu, menunggu pintar dulu.

sering sekali ketika sudah kaya dan pintar,
justru sayang untuk memberikan manfaat untuk sesama.



KEJARLAH MANFAAT, BUKAN NILAI.

JANGAN TANYA NILAIMU BERAPA.
TAPI TANYAKAN BISA APA KAMU UNTUK MEREKA DENGAN NILAIMU?

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT UNTUK SESAMA.

DAN ORANG BERMANFAAT, PASTI KAYA.


_semoga bisa makin bermanfaat. 

Selasa, 28 Juni 2011

Bagiku dunia pendidikan skrg layaknya sebuah rumah kaca :(

mah, pah, bu, pak, ayah, bunda..
please..........

ini bukan jamanmu lagi,,
jangan paksa aku harus pintar,,
aku ga bisa klo harus dapet nilai 9 terus,,
ga bisa klo harus ipk di atas 3 terus..
sekarang itu semua ga penting !!!!

aku pengen bermanfaat buat orang banyak!!
biarin aku melakukan hal kecil yang sederhana..
yang penting bermanfaat buat orang banyak!!

aku ga butuh ilmu yang bernilai A B atau C..

aku butuh ilmu yang bisa dipake buat banyak orang..

meskipun aku harus mencarinya..
sampai ke negeri cina..!

aku juga ga mau kerja di kota,
aku mau pulang ke kampung aja,
aku mau hidup layaknya manusia
manusia indonesia yang ramah tamah

kehidupan di kota bukan kehidupan manusia,
dikota kehidupan para robot,
ga punya perasaan & ga punya hati,
di kota bukan lagi indonesia.

aku ingin membahagiakanmu....
tapi apa engkau bahagia melihatku tersiksa?
aku tahu,
kalian orang tua yang sangat menyayangiku,
so please let me do what i love..
bukankah ketika aku bahagia, kalian juga bahagia?

biarkan aku menjalani hidup
dengan paradigma jamanku sekarang
bukan paradigma jamanmu dulu

bukan maksud hati sok tau,
orang tua tetap lebih berpengalaman daripada anak,
tapi pengalaman mereka adalah pengalaman jaman dulu.
pengalaman nenek sewaktu masih dijajah  dulu..
dan sudah banyak berbeda  dengan jaman sekarang.

so, ga ada alasan klo
kuliah tujuannya cuma membahagiakan orang tua.

eh kebalik !!  orang tua yg menguliahkan ku biar bahagia.
kalo aku ternyata ga bahagia kuliah
berarti selama itu cuman buang duit,
tenaga, pikiran dan umur.  

benerkan mah? pah? bu? pak? ayah? bunda?


tulisan ini saya dedikasikan buat semua orang tua yang hebat,
yang memiliki putra putri yang hebat juga !!

komentar, kritik dan saran dari kalian akan sangat berguna sekali,
karna nanti akan saya berbagi kembali kapada teman dan
adik-adik yang kreatif namun tidak bisa meraih pendidikan yg tinggi..
untuk semangat mereka !!

dan inti trilogi tulisan ini cuma satu...

"..kami hanya ingin mengejar dan berbagi pendidikan yang memiliki manfaat serta tujuan untuk bekal hidup bahagia dunia akhirat..''

inspiration :
thx to _tomm

Selasa, 14 Juni 2011

Kuliah buat cari kerja = Goblok

mohon BACA YANG LENGKAP
karena klo cuma baca skimming,
kalian akan mendapatkan makna yang berkebalikan
dari apa yang saya maksudkan.

maaf,,maaf,,maaf,,maaf,,, sekali lagi maaf banget kalo
kata-kata saya di judul tadi sangat kasar,,
bukan maksud hati untuk berkata kasar,
bukan juga untuk menyakiti perasaan,,



hanya ingin menarik kamu-kamu sekalian untuk membaca
sedikit tulisan gila saya ini....
dan makasih ampe sejauh ini masih bersedia membaca
tulisan saya yang ngalor-ngidul ga jelas ini.

sebelum memulai, tolong kalian jawab sejauh yang kalian ketahui,,
1. berapa banyak anak sma/smk yang melanjutkan ke perguruan tinggi? banyak.
2. berapa banyak lulusan perguruan tinggi yang sampai sekarang masih menganggur? banyak.
3. berapa banyak yang mengeluhkan lulusan perguruan tinggi
tidak siap turun di dunia kerja? banyak juga.


Ya iyalah!!
jelas lulusan perguruan tinggi itu ga siap turun di dunia kerja
karena memnang ga dididik untuk jadi babu di dunia kerja.
mereka ga di didik untuk pegang komputer ngurus surat-menyurat.
mereka juga ga diajarin untuk berangkat pagi pulang petang tertib absen tiap hari.

mahasiswa di perguruan tinggi itu, diajarin tentang ilmu-ilmu yang tinggi.
abstrak ga bisa dibayangin di dunia nyata.
sebenernya bukan ga bisa di bayangin, tapi ga butuh dibayangin, karena mereka
ga punya pengalaman dan juga ga butuh bagi implementasi di dunia nyata mereka
untuk menganalogikan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diterima di kampus.

mahasiswa itu dididik untuk selalu kritis atas pernyataan dosen,
sebaliknya dunia kerja butuh bawahan yang "sendiko dawuh", siap laksanakan, atas perintah atasan.

mahasiswa itu dididik untuk siap sedia klo mau ujian aja,
sedangkan dunia kerja menuntut setiap yang kita kerjakan adalah ujian
yang menentukan nasib pekerjaan kita selanjutnya.
maklum.. pemikiran dari orang aneh..

jadi kalau mau cari kerja, bukan di perguruan tinggi tempatnya,,,

di tempat kursus komputer,
kursus njait,
kursus bahasa,
dan kursus-kursus lainnya
yang mengasah kemampuan praktek, keterampilan,
bukan kemampuan otak.

bukan maksud saya kalo orang kerja cuma butuh keterampilan n ga butuh otak,
orang kerja juga butuh otak,
tapi bukan otak yang isinya logaritma,
aljabar, statistika, manajemen keuangan, ekonomi makro, mikro, dsb dll....

tapi otak yang penuh akal, inspirasi, inovasi...
latihannya bukan dengan buku,
tapi dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari.

bagaimana menyiasati uang bulanan yang tiap tanggal 15 dah tinggal 5rb perak.
bagaimana langganan internetan bukan cuma buat browsing BB+17, tapi bisa buat beli BB buat gaya-gaya gitu,,,
itu yang dibutuhkan buat dunia kerja.

udah banyak orang bilang,
kalo ilmu yang kita terima di sekolah/kampus
hanya terpakai 10% saja di dunia kerja.

tapi kenapa kita masih bela-belain
mati-matian mpe setengah mati
berusaha dapet yang cuma 10% itu
dengan beratus-ratus ribu hanya untuk beli formulirnya
berjuta-juta untuk dapet topi yang ada gantungannya.
padahal itu cuman 10%!!!!

kenapa kita ga mati-matian nyari yang 90%?
katanya 90% itu EQ dan SQ,
so,,,,
apa iya berteman itu mbayar?
sejak kapan solat harus mbayar?
kenapa kita ga mati-matian nglatih
inovasi, kreatifitas, kejujuran,
apa orang jujur harus mbayar juga?
apa belajar inovasi dan kreatifitas juga harus mbayar?
bukannya inovasi dan kreatifitas yang membuat kita
berusaha untuk memperoleh segala sesuatu dengan gratis?

kenapa coba bisa gitu? konyol kan...
mencari burung gereja yang terbang tinggi,
padahal di depan mata ada merpati dalam sangkar.
yaaa... beginilah kalo orang aneh yg berpikir..
perguruan tinggi itu, tempatnya orang jadi ilmuan.
dari namanya aja dah jelas.

P E R G U R U A N   T I N G G I
PERGURUAN = tempat PERkumpulan calon-calon GURU dAN dosen.
TINGGI = ilmunya TINGGI-tinggi, jadi ga cocok buat otak saya yang ga kuat buat ilmu yang ketinggian.

so, kenapa harus ke perguruan tinggi klo tujuannya cari kerja?
jadi babu perusahaan besar dan ternama.
melatih otak setinggi-tingginya,
padahal jelas-jelas nanti yang dipakai adalah keterampilan.
seperti..
mati-matian melatih anjing bersiul,
padahal yang ditakuti dari anjing adalah gonggongannya.




ini cuma kotretan saja.. coretan dari orang yang aneh..
tak ada salahnya jika saya ungkapkan disini,
cara berpikir kita yang berbeda.. memastikan byk pengertian yg berbeda nantinya..
beda guru, beda ilmu dilarang saling menganggu..
_semoga bermanfaat

Rabu, 01 Juni 2011

Kenapa aku ini aneh..??

wkwkw.... ga tau deh, kenapa aku aneh.

yg jelas aku aneh bukan karena ujug-ujug alias tiba-tiba.

aku hanya heran dengan negeri sendiri.
aneh, benar-benar aneh.

negeri banyak penduduk tapi koq sepi banget aktivitasnya..
negeri banyak SDA tapi koq miskin wae...

apa toh yg salah..
apa mungkin cara berpikirnya yg salah?
makanya aku mencoba mengikuti jaman yg aneh ini,
dengan berpikir dengan cara yg aneh juga.

ya, aneh menurutku,
mungkin menurut anda tidak.

itu terserah persepsi masing-masing.

welcome to my blog,
let's share about everything and be crazy at all.
hihihi...

saya bukan idealis, bukan juga realis,
saya hanya orang aneh.. hihihi...

==============================================================

makasih dah mau baca tulisan aneh-anehku. dan ini hanya pendapat saja. sutuju atau tidak, itu terserah anda. kalau bermanfaat, silahkan disebarluaskan. jika tidak bermutu, lupakan saja. :)

==============================================================