Selasa, 12 Juli 2011

ketika NILAI jadi acuan dan standar pendidikan di Negeri ini.

pendidikan.htmlhehehe,,,, selamat menikmati
semangkok tulisan orang aneh.

tentang sebuah alternatif dari "nilai"

yang selama ini dianggap paling relevan
untuk menunjukkan tingkat pendidikan.


okey,,
langsung aja lah,,,
ga pake basa basi...

yang jelas, makin banyak orang pinter,
makin banyak yang menyadari kalau
nilai itu ga relevan dengan tingkat pendidikan.

lalu selama ini, yang jadi masalah itu
bukan sadarnya akan ketidakrelevanan "nilai",
tapi apa yang bisa menjadi standar selain "nilai"?

itu kan?
pertanyaan itu yang sering membuat kaum terpelajar terhenti berpikir
lalu melanjutkan pengejarannya atas "nilai".

untungnya aku bukan kaum terpelajar.
aku orang aneh,, jadinya ga ada yang namanya berenti berpikir.
apalagi harus ngejar nilai... wkwkwkw

please don't try this at home.
adegan ini dilakukan oleh orang2 aneh
dan sudah berada dalam pengamanan yang ketat. wakakakaka

hanya ilustrasi saja

okey, setelah bertapa di Goa Pakar
aku menemukan pangsit,,, eh wangsit,,

begini loh balads-balads aku yang cantik dan ganteng,,,,

kata orang bijak,,,
motivasi terbesar seseorang adalah
ketika dia tau apa manfaat yang dia lakukan.

sekarang mari kita berpikir bersama,,,,

apa motivasi kita sekolah?
biar pinter. klo udah pinter?
dapet kerja. klo dah dapet kerja?
bisa hidup sejahtera. klo dah sejahtera?
hhmmm,,,,, ngapain ya,,,,
ow ya,,, bagi2 kesejahteraan donk,,,
kan banyak orang susah,,,.
okey.
jelas klo dah bagi2 kesejahteraan akhirnya insyaallah dapet surga.
berhubung urusan surga itu urusannya Allah,

kita ambil step sebelumnya, yaitu bagi-bagi kesejahteraan.
okey?
so, kalau diruntut lagi..
motivasi kita sekolah adalah untuk bagi2 kesejahteraan.
betul?
(nada Aa Gym)

jadi, sebetulnya orang yang mau sekolah, tujuan akhirnya pasti mulia.
hanya kadang ada yang tidak menyadarinya.

jadi kalau memang tujuan sekolah
untuk berbagi kesejahteraan, manfaat,

lalu kenapa sekolah tidak menyetandarkan manfaat
sebagai standar tingkat pendidikan?

ya, MANFAAT sebagai STANDAR TINGKAT PENDIDIKAN.
yang diujikan adalah manfaat.
yang dilaporkan di rapot adalah manfaat.
yang dibanggakan adalah manfaat.


maksudnya manfaat?
aku contohkan ya,,,,
misal anak SMP, dengan ilmu biologinya,
dia bisa membuat kebun cabe di halamannya.
dengan begitu, ibunya ga perlu bayar mahal buat beli cabe.
nyata kan manfaatnya?
kepake kan ilmunya?

daripada menang olimpiade biologi,
tapi ibunya masih susah beli cabe.
kemana ilmunya?
cuma buat pamer ke luar negeri klo anak indonesia itu pinter2?
dari dulu orang luar juga dah tau anak Indonesia itu pinter.
yang orang luar belum tau, orang pinter Indonesia itu ngapai aja
koq negerinya masih moloooorrr aja,,, kya dewan yang tercela.

misal lagi,
anak SMA, dengan ilmu akuntansinya,
dia bisa membuat usaha warung ibunya tercatat dengan rapih
pemasukan dan pengeluarannya,
jadi jelas untung ruginya.
kepake kan ilmunya?
nyata kan manfaatnya?

anak kuliah desain grafis,
bisa bikin tembok2 warung makan yang kecil2 itu
jadi unik, lucu, menarik,,,,
jadi warungnya bisa rame,

kenapa selama ini jarang sekali
yang berani atau tertarik untuk mengaplikasikan ilmunya.
mungkin karena terlalu sibuk mengejar nilai.
nilai yang sebetulnya manfaatnya apa c?
apa tujuannya?

coba kalau selama ini para intelektual
bukan mengejar nilai tapi mengejar manfaat,

masa iya, kota jakarta bisa se semrawut ini?
masa iya pariwisata kita yg mendunia cuma Bali?
masa iya masih banyak orang kurang gizi?
masa iya masih banyak orang miskin?
masa iya cuma jakarta pusat perekonomian Indonesia?

kalau semua orang berpendidikan
berlomba-lomba mengejar manfaat, udah lah,,,,
setahun aja minimal kita bisa sama dengan Singapura.


dan untuk menentukan lulus tidaknya,
tentukan saja dengan manfaat yang bisa dia berikan.

Ketika banyak orang yang bisa menikmati manfaatnya, lulus.
buat aja standar masing2 minimal orang yang mendapatkan manfaatnya.

misal,
untuk anak SMP bisa memberikan satu hal
yang manfaatnya bisa dinikmati minimal 10 orang,
SMA minimal 50 orang,
perguruan tinggi minimal 200 orang.
gampang kan?

dengan begitu
anak sekolah orientasinya pemanfaatan ilmu. bukan nilai.
memicu kreatifitas dan responsibilitas kepada lingkungannya, ga cuma terkungkung di kelas literatur yang itu-itu aja.
memicu semangat belajar mencari ilmu karena mereka butuh, bukan disuruh.



gmn??? pemikiran yang aneh kan!!! wakakakaka

lalu ada masalah lagi, ketika manfaat menjadi standar,
berarti sejak awal anak masuk sekolah harus punya impian
mau bisa apa, bermanfaat dalam bidang apa?

ya, sejak awal dia harus tau mau bisa apa.

ini bisa ditentukan dengan impiannya sendiri.
dan petunjuk dari pemandu bakatnya, baik itu orang tua maupun guru.

sebetulnya masih banyak yang masih ngantri di otak ku,,
cuman 10 jari ini minta berhenti dulu, dah cape. wkwkw

jadi intinya,
MANFAAT lah yang harusnya menjadi STANDAR PENDIDIKAN.
bukan NILAI.

dan memberikan manfaat tidak perlu menunggu
kalau sudah kaya, kalau sudah pinter.

karena memberikan manfaat itu kegiatan yang perlu latihan.
dan latihan paling baik dilakukan sejak dini.

sekecil dan sesederhana apapun manfaat,
itu lebih baik ketimbang
menunggu kaya dulu, menunggu pintar dulu.

sering sekali ketika sudah kaya dan pintar,
justru sayang untuk memberikan manfaat untuk sesama.



KEJARLAH MANFAAT, BUKAN NILAI.

JANGAN TANYA NILAIMU BERAPA.
TAPI TANYAKAN BISA APA KAMU UNTUK MEREKA DENGAN NILAIMU?

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT UNTUK SESAMA.

DAN ORANG BERMANFAAT, PASTI KAYA.


_semoga bisa makin bermanfaat. 

3 komentar:

jadi nyesel... sekolah tinggi tinggi....
wuakaakkak


masalah gini...

klo kita ga ngejar nilai kita ga bisa sekolah di sekolah yang favorit.....

banyak syarat yg pakek standart nilai:::::
ngedapetin beasiswa ada standart nilai...
cari kerja ada standart IP...
mau masuk STAN ada standart nilai....


klo mau berdasarkan manfaat aja....
gimana cara seleksinya ???

Standar pendidikan berdasarkan manfaat ya?

Hmmm...Klo dibayangkan mungkin gampang....tapi susah untuk dipraktekkan...
Terutama mengenai standar lulus adalah klo anak SMP bisa menghasilkan manfaat untuk 10 orang, dst.....Harus diakui, sistem penilaian dengan menggunakan nilai sebagai alat ukur kemampuan memang yang paling gampang...meskipun tidak terlalu tepat..

Beberapa poin saya setuju dengan Opay..
Kualitas pendidikan seseorang tidak hanya berdasarkan nilai belaka, ada banyak hal yang harus diperhitungkan. Punya nilai bagus tapi nyontek misalnya, merupakan hasil dari pendidikan yang terlalu mengejar nilai.
Banyak orang yang mengatakan bahwa pendidikan kita lebih mengejar penguasaan materi ilmu, tapi tidak memberikan ruang kreativitas bagi kita untuk memanfaatkannya.

Saya jadi teringat dengan beberapa guru saya yang mengajar dan memberikan ulangan dengan cara2 yang tidak biasa. Guru biologi saya misalnya, memberikan ulangan dengan hanya 1 pertanyaan besar: " Tuliskan apa saja yang telah kamu pelajari selama pelajaran biologi saya, apa yang menurut kamu paling menarik dan manfaat apa yang bisa kamu berikan ke lingkungan sekitar kamu dari hal2 yang telah kamu pelajari??"
Sungguh sebuah ulangan yang sangat menarik.

Menurut saya, boleh2 saja jika standar pendidikan itu menggunakan nilai. Tapi, nilai tersebut jangan hanya diambil dari sejauh mana seseorang hapal atau menguasai materi tertentu, tapi juga attitude, dan bagaimana cara seseorang mengaplikasikan pengetahuannya untuk sesuatu yg bermanfaat.

gak usah jauh2 gan..

lihat aja d sekitar kita banyak orang yg masih salah jurusan saat memilih bangku kuliah, yg ikut2an tmen jg banyak (dalam pikirannya yg penting kuliah, tamat, dapet kerja, kimpoi, punya anak, tua, mati), tp selama dia kuliah gak dapetin apa2. jangankan manfaat buat orang lain, diriny sendri bahkan tidak bermanfaat untuk hidupnya.

buat apa kuliah hanya untuk titel, ini bukan jaman penjajahan boss . . .

Posting Komentar

==============================================================

makasih dah mau baca tulisan aneh-anehku. dan ini hanya pendapat saja. sutuju atau tidak, itu terserah anda. kalau bermanfaat, silahkan disebarluaskan. jika tidak bermutu, lupakan saja. :)

==============================================================