Minggu, 18 September 2011

tanah air hanya menjadi tempat lahir dan mati



pada dasarnya semua orang berhak menentukan pilihan hidup masing-masing.
mau berpendidikan tinggi atau rendah, itu terserah.
mau menjadi kaya atau miskin juga silahkan.
apalagi negara kita negara demokrasi, negara bebas.
beda dengan negara komunis yang segala macam hak rakyat
diatur sama rata oleh negara.

bagi mereka yang berpendidikan tinggi,
yang sudah susah payah menghabiskan waktu dan biaya lainnya
untuk mendapatkan ilmu yang begitu tinggi,
tentu menginginkan kehidupan yang setidaknya,
ilmu yg telah ia miliki dapat mendatangkan kemakmuran dalam hidupnya.

kalau saya menjadi seorang ilmuwan seperti bapak Habibie,
tentu saya tidak ingin tinggal di Indonesia.
karena saya sudah menghabiskan banyak waktu dan biaya
untuk mendapatkan ilmu yang begitu tinggi,
namun ternyata di Indonesia, ilmu saya ini tidak dapat diaplikasikan.
saya menjadi orang pintar yang bodoh, karena tak mampu berbuat apa-apa dengan ilmu saya.
dengan ilmu yang begitu tinggi, saya juga tidak mampu meningkatkan taraf hidup saya,
apa kata orang jika saya sudah menjadi profesor tapi hidup saya tidak mapan?

saya lebih memilih untuk pergi ke negara lain,
dimana negara tersebut dapat mendatangkan kemakmuran bagi saya
dengan ilmu yang saya miliki.
tentu, bukan berarti saya ini tidak cinta Indonesia,
justru karena saya di luar negeri,
saya semakin cinta dengan Indonesia.
suatu saat nanti, jika saya tidak lupa dan malas,
insyaallah saya akan kembali ke Indonesia
untuk berbuat sesuatu di Indonesia.

tapi alhamdulillah,

saya tidak diberkahi otak yang begitu cemerlang seperti bapak Habibie dan teman-teman ilmuwan lainnya.
otak saya hanya sebatas otak orang "aneh".
ilmu saya tidak begitu tinggi,
jadi peluang saya untuk memanfaatkan ilmu di Indonesia masih terbuka lebar.
masih banyak yang bisa menggaji saya dengan ilmu yang sedikit ini.

kalau nanti saya semakin gila,

karena ilmu saya semakin rendah dan begitu rendahnya,
hingga pada akhirnya keadaan saya
menjadi sama seperti mereka yang memiliki ilmu yg terlalu tinggi.
otak kami tidak terpakai di Indonesia.

mereka yang ilmunya terlalu tinggi memilih pergi ke luar negeri agar ilmunya terpakai.
lalu bagaimana dengan saya?
siapa yang mau memanfaatkan ilmu yang begitu rendah ini?

ya sudah lah, karena tak ada yang mau memanfaatkan,
biar saya sendiri saja yang memanfaatkannya.

saya pakai sendiri ilmu ini untuk memakmurkan diri saya sendiri.
jika saya makmur, saya akan gunakan ilmu saya untuk memakmurkan lingkungan saya,
jika lingkungan saya bisa makmur, saya akan gunakan untuk kemakmuran negara saya.

biarlah saya yang memakai otak saya sendiri,
karena tak ada orang yang mau membayar otak aneh seperti milik saya ini.
otak yg pantasnya dibagi gratisan.

otak aneh saya ini punya prinsip,
kalau memang ilmu itu ga bisa dimanfaatkan, y ga usah dipelajari.
so, saya hanya mempelajari apa yang kira2 bisa saya terapkan
terutama di lingkungan sekitar saya.
yang ga perlu pergi jauh ke luar negeri,
karena saya ga punya ongkos buat pergi jauh-jauh ke luar negeri.

yang saya pahami,
pada hari akhir setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban
atas penggunaan ilmunya, bukan banyak sedikitnya ilmu yg dia miliki.

jadi bagi saya ga pinter-pinter amat ga papa lah,
yg penting kepinteran yang sedikit itu bisa bermanfaat.

tapi bukan berarti saya mengajak bermalas-malasan mencari ilmu lho,
karena kita juga akan dimintai pertangungjawaban
atas penggunaan umur kita. (sekali lagi, bukan banyak sedikitnya umur kita)

saya hanya berpikir,
jika orang-orang pintar hanya mau menjual otaknya ke negara lain,
lalu siapa yang mau menjual otaknya untuk negeri sendiri?
orang-orang bodoh dan aneh seperti saya?


bisakah kita berhenti berharap kepada luar negeri
agar berkenan menyejahterakan negeri kita?
tidak ada negara yg mau membantu negara lain,
sampai negara yg dibantu itu melebihi dirinya.
kecuali semua penduduk negara itu berprofesi guru.
karena hanya guru yg senang jika anak didiknya dapat melampaui dirinya.

bukankah yang membedakan orang biasa, nabi dan rasul,
adalah pemanfaatan ilmunya?
ilmunya orang biasa, dimanfaatkan orang lain.
ilmunya nabi bermanfaat untuk dirinya.
ilmunya rasul, bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

bukankah nabi dan rasul adalah contoh nyata yang baik untuk kita?
semoga kita lebih ikhlas mencontoh mereka.

supaya kita tidak hanya numpang lahir dan mati
tapi kita juga menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk berjuang.

perjuangan kita berhasil atau tidak, bukan masalah.
karena mereka yang dikenang dan diteladani sebagai pejuang
bukan karena keberhasilannya, tapi karena upaya dan kesabarannya.

pejuang kemerdekaan, banyak yang mati dan gagal melawan penjajah.
tapi mereka tetap pejuang di mata rakyat Indonesia karena upaya dan kesabarannya.
nabi dan rasul, banyak yang gagal mengajak kaumnya mengimani Tuhan yang Esa, Allah SWT,
tapi kesabaran dan upaya yang mereka lakukan,
diabadikan Allah sebagai contoh yang baik dalam kitab yang kekal. Al-Qur'an.

negeri ini menanti perjuangan orang-orang yang berilmu.

bagaimana caranya?
saya yakin orang pintar lebih tahu tentang hal ini
daripada saya, orang aneh. :)

0 komentar:

Posting Komentar

==============================================================

makasih dah mau baca tulisan aneh-anehku. dan ini hanya pendapat saja. sutuju atau tidak, itu terserah anda. kalau bermanfaat, silahkan disebarluaskan. jika tidak bermutu, lupakan saja. :)

==============================================================