Kamis, 10 November 2011

Pahlawan Pembangunan Yang Baru Sadar


wahai negeriku,
masihkah kau ingat masa-masa ketika kau baru akan lahir?

kau dikelilingi oleh berjuta orang telanjang kaki, berbalut kain seadanya,
berdiri tegak menjagamu tak bergeming hingga kau benar-benar lahir.

kau dilayani oleh jutaan orang yang tak tahu apa itu uang.
yang mereka tahu, hanya satu.

KEMERDEKAAN

kini kau telah merdeka.
kau juga telah ditinggal ribuan pasukan loyalis masa lalu.
hanya tinggal segelintir veteran yang menemanimu kini
sambil tersenyum getir melihat nasibmu ini.

kau tak punya lagi mereka yang mau berjalan jauh telanjang kaki,
siang malam bahkan sambil menandu sang jendral.

kini kau hanya punya pasukan bayaran yang hanya mau berjalan
jika dipinjami kendaraan dinas yang bebas dipakai untuk keperluan pribadi.

kau tak punya lagi mereka yang mau berdiri tegak dengan pakaian seadanya menjaga setiap sisimu,
tanpa dibayar dengan uang.
kini kau hanya punya pasukan bayaran yang mau menjaga setiap sisimu,
jika dengannya dia bisa hidup kenyang dan tidur nyenyak.

kau tak punya lagi mereka yang mau berkorban jiwa raga harta benda,
tanpa harus diumumkan namanya, tanpa tujuan lain selain merdeka.
kini kau hanya punya pasukan bayaran yang mau menyumbang ke dompetmu,
jika namanya jadi tenar, jika dengannya dia berhak ikut campur mengatur kebijikan negara.

tak ada lagi pahlawan tanpa tanda jasa,
yang ada pahlawan dengan tanda jasa yang diperhalus namanya
jadi remunerasi, sertifikasi, atau apapun namanya.

kini kau sudah tak punya mereka.
mereka pahlawan kemerdekaan.

kini kau hanya punya pahlawan pembangunan.
pahlawan yang matanya bukan berbinar jika melihat bendera berkibar,
tapi berbinar jika melihat uang berkibar.

wajarlah,
karena perjuangan kemerdekaan tujuannya adalah merdeka.
sedangkan pembangunan tujuannya adalah makmur.

tujuan yang berbeda dari generasi yang berbeda.



sebetulnya kau punya banyak pahlawan pembangunan.
termasuk kami.
namun sayang, kebanyakan dari kami masih keliru dalam mengambil langkah menuju kemakmuran.

jika dahulu pahlawan kemerdekaan menginginkan merdeka,
mereka berjuang meraih kemerdekaan dengan cara
melepaskan egoisme ingin merdeka secara pribadi,

bergabung jadi satu kekuatan untuk memerdekakan bangsa.

jika bangsa mereka merdeka, artinya semua akan merasakan kemerdekaan.

seandainya kami hidup di jaman penjajahan,
dengan pemahaman kami sebagai pahlawan pembangunan jaman sekarang,
langkah yang kami ambil adalah
kami akan memerdekakan diri sendiri daripada memerdekakan bangsa.

terlalu idealis untuk berjuang memerdekakan bangsa.

bangsa indonesia terlalu besar, terlalu banyak suku.
sulit untuk dipersatukan.

yang realistis saja,
lebih baik kami pergi ke luar negeri atau menjadi kroni bangsa penjajah,
lalu pindah ke negara lain untuk bisa hidup merdeka.


se-realistis-nya kami di jaman pembangunan,
memilih hidup makmur di negeri orang
daripada kami hidup sengsara di negeri sendiri.


terlalu idealis untuk mengorbankan jiwa raga harta benda
untuk meraih kemerdekaan yang belum pasti akan terwujud.
realistis saja,
lebih baik kami menjadi cukong bangsa penjajah,
jadi mandor yang mengkerjapaksakan warga pribumi
yang sudah pasti makmurnya, kenyangnya, kayanya.


se-realistis-nya kami mengimpor dan mengonsumsi
barang-barang jadi dan bahan makanan dari luar negeri
yang lebih nyata murahnya, lebih nyata untungnya.
se-relistis-nya kami menggunakan subsidi bbm yang lebih nyata murahnya.


kami lebih pintar dari mereka pahlawan kemerdekaan.
kami sudah sekolah yang lebih tinggi dari mereka.
jadi kami lebih mampu berpikir realistis daripada berpikir idealis yang tak masuk akal itu.

kami lebih tahu mana saja hak kami,
tidak seperti mereka pahlawan kemerdekaan yang hanya tahu satu hak. hak merdeka.


hai negeriku,
kau sudah tak punya pahlawan kemerdekaan.
kau kini hanya punya kami, pahlawan pembangunan.

pahlawan serba realistis yang menilai segalanya dari yang real.
pahlawan pintar yang pendidikannya tinggi, omongannya tinggi, tarifnya tinggi, gaya hidupnya tinggi.

mungkin kau tak suka memiliki kami,
tapi inilah kami,
pahlawan pembangunan yang baru sadar.

bahwa
realistis dan kepintaran kami
tak sehebat dan senyata
hasil dari idealisme dan "kebodohan" kalian
wahai para pahlawan kemerdekaan.

0 komentar:

Posting Komentar

==============================================================

makasih dah mau baca tulisan aneh-anehku. dan ini hanya pendapat saja. sutuju atau tidak, itu terserah anda. kalau bermanfaat, silahkan disebarluaskan. jika tidak bermutu, lupakan saja. :)

==============================================================